Kaligrafi Dekorasi

Sabtu, 16 Juni 2012

Hiasan Mushaf MTQ Prov DKI Tahun 2012

Inilah Salah satu Hasil Karya Hiasan Mushaf  Pada MTQ Prov DKI Jakarta Tahun 2012
Sebagai seorang Khattat yang sudah beberapa kali mengikuti MTQ tingkat Nasional, Ana mempunyai banyak koleksi Hasil Lomba Kaligrafi .Koleksi poto tersebut hanya sebagai contoh aja ana masih banyak mempunyai koleksi poto-poto MKQ (Musabaqah Kaligrafi al-Qur'an) Sejak MTQ Tingkat Nasional di Jambi tahun 1997 sampai MTQ Nasional di Ambon Tahun 2012. Koleksi yang ana miliki berbentuk CD dan setiap CD berisi kurang lebih 100 photo untuk semua jenis lomba seperti Golongan Naskah, Hiasan Mushaf dan Dekorasi.
Harga per CD Rp. 90.000 + 10.000 (ongkos kirim)
Jumlah total : Rp 100.000
Bagi antum yang tertarik atau berminat memiliki Koleksi tersebut Silahkan Hubungi Ismail Kadir HP 085280461373

Minggu, 20 Mei 2012

Musik Bambu MTs Pesri Siap Unjuk Gigi

Tak sekadar potensi akademik siswa yang digenjot. Pihak MTs Pesri pun mendorong minat dan bakat siswa di bidang seni musik tradisional khususnya musik bambu. Siswa yang berminat diajarkan memainkan salah satu musik tardisional ini sebagai ekstrakurikuler sejak beberapa bulan lalu. Hasilnya, para siswa MTs Pesri ini pun dinyatakan siap menampilkan kemampuan mereka saat acara wisuda santri yang akan dilaksanakan bulan ini. "Untuk kesiapan mereka tampil sudah pasti. Dan saat ini mereka sedang latihan intensif karena akan tampil di acara wisuda santri Pesri," ujar Kepala MTs Pesri Kendari, Ismail Kadir M.Ag Musik bambu memang tengah gencar ditampilkan. Namun untuk di MTs Pesri musik tradisional ini sengaja dipilih agar kesenian tradisional musik bambu terpinggirkan karena tergerus oleh zaman. Dengan begitu. peserta didik yang hidup di dunia modern masih bisa menikmati dan mengenal musik bambu, bukan hanya marching band. "Jika sekolah-sekolah lain pada umumnya memiliki marching band, maka MTs Pesri punya grup musik bambu," imbuhnya. Tak tanggung-tanggung, untuk membina peserta didiknya, pihaknya mendatangkan langsung pelatih musik bambu dari Konsel. Karena memang di Kabupaten tersebut banyak sekolah yang membina peserta didiknya untuk mempelajari musik bambu. "Kami ingin kesenian tradisional ini tetap tumbuh. Karena inilah salah stau ikon yang kita miliki. Selian itu peserta didik juga banyak yang berminat, baik laki-laki maupun perempuan," pungkas Ismail. (m2) Sumber : http://www.kendarinews.com/news/index.php?option=com_content&task=view&id=27296&Itemid=126

Rabu, 11 April 2012

SEKITAR PERHAKIMAN DAN PEMBINAAN KALIGRAFI MUSABAQAH KHAT AL-QUR’AN (MKQ)

By Drs. H. Didin Sirojuddin AR, M.Ag
Musabaqah Khat Al-Qur’an (MKQ) adalah cabang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang menekankan kepada kemahiran menulis dan/atau melukis ayat-ayat Al-Qur’an. MKQ yang bertujuan mendidik untuk melahirkan para khattat dan pelukis kaligrafi mahir dan profesional, memiliki peranan dan fungsi dalam kehidupan individu dan sosial pesertanya. Dalam fungsi-fungsi individual, MKQ berperan sebagai sarana komunikasi, sumber usaha, dan wahana ekspresi yang penuh nilai estetika. Sedangkan dalam fungsi-fungsi sosialnya MKQ membuka jalan dan mendorong semakin banyak digunakannya kaligrafi untuk segala kepentingan seperti dekorasi mesjid dan panggung-panggung atraksi, penulisan buku-buku pelajaran, mushaf Al-Qur’an, majalah, koran, dan sarana-sarana informasi tekstual dan visual seperti advertensi dan pameran. Kaligrafi juga difungsikan untuk medium-medium seni dan sarana peralihan kebudayaan dan peradaban.


Untuk pertamakalinya kaligrafi dikompetisikan dalam bentuk sayembara pada MTQ Nasional ke-12 tahun 1981 di Banda Aceh disusul kemudian MTQ Nasional ke-13 tahun 1983 di Padang. Materi lombanya adalah penulisan ayat-ayat Al-Qur’an dalam bentuk naskah hitam putih dengan tinta cina hitam. Dalam MTQ Nasional ke-14 tahun 1985 di Pontianak, kaligrafi tidak disayembarakan dan hanya didemonstrasikan di kain spanduk di muka umum. Kaligrafi barulah dilombakan secara langsung dengan diikuti utusan yang mewakili kafilah Propinsi pada MTQ Nasional ke-15 tahun 1988 di Bandar lampung dan MTQ Nasional ke-16 tahun 1991 di Yogyakarta untuk mengerjakan karya Penulisan Buku, Penulisan Dekorasi, dan Penulisan Hiasan Al-Qur’an tanpa membedakan kelas putra dan putri. Pada MTQ Nasional ke-17 tahun 1994 di Pekanbaru dan MTQ-MTQ Nasional selanjutnya, peserta MKQ diwakili oleh putra dan putri dari setiap Propinsi untuk masing-masing mengerjakan karya Golongan Naskah, Hiasan Mushaf, dan Dekorasi.

Dalam rentang waktu tersebut, telah terjadi perubahan dan kemajuan kualitas estetis karya peserta seiring modifikasi-modifikasi aturan musabaqah. Keadaan tersebut mendorong diperlukannya pembinaan perhakiman dan pelatihan peserta yang intensif dan terstruktur untuk pengembangan cabang MKQ terlebih pengembangan kaligrafi secara lebih khusus di seluruh wilayah Indonesia.

Penampilan dan Masalah Perhakiman

Beberapa karakter yang merupakan “plus-minus” cabang MKQ menonjol antara lain dalam beberapa hal berikut:
  1. Peralatan musabaqah yang rumit dan beragam terdiri dari aneka jenis kalam dan cat dengan aneka medianya seperti kertas dan triplek.
  2. Waktu pengerjaan yang panjang (6 sampai 8 jam)
  3. Hasil karya yang permanen sehingga dapat dilihat dan dinilai secara terbuka oleh semua pihak setiap saat.
Ciri-ciri ini merupakan modal untuk mengukur metode penilaian dan kapabilitas Dewan Hakim MKQ sehingga dapat memilih, memilah, dan memutuskan karya-karya unggulan secara cermat dan akurat. Dari tiga ciri di atas, ada empat tuntutan yang harus dipenuhi Dewan Hakim MKQ, yaitu:
  1. Mengenal baik peralatan musabaqah (dari ukuran dan potongan kalam hingga warna-warna primer dan tertier cat pilihan peserta) karena menentukan kualitas hasil karya.
  2. Menilai dengan cermat dan tidak terburu-buru dengan “menyisir” semua karya secara berulang untuk mengklasifikasi karya-karya terpilih dan tersisih.
  3. Sanggup menentukan secara tepat karya-karya unggulan berdasarkan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, dan evaluasi, sehingga dapat menghindarkan kontroversi dan klaim dari semua pihak.
  4. Sanggup menerangkan alasan-alasan di balik pemilihan karya-karya unggulan dan menjelaskan kelebihan serta kekurangan setiap karya yang dinilainya.
Persyaratan tersebut diperlukan dan dapat dipenuhi hanya apabila Dewan Hakim MKQ benar-benar ahli di bidangnya dan/atau berpengalaman sebagai khattat dan seniman yang banyak mengikuti eksibisi lomba dan mengikuti perkembangan karya peserta di lapangan. Dengan demikian, kemahiran pokok yang harus dimiliki Dewan Hakim MKQ adalah:
  1. Menguasai gaya-gaya khat yang dilombakan (Naskhi, Sulus, Diwani, Diwani Jali, Farisi, Kufi, dan Riq’ah).
  2. Berwawasan luas dalam bidang seni rupa (teori warna, teori garis, unsur komposisi, unsur bentuk, ornamen, dan arabesk).
Peningkatan kualitas estetis Dewan Hakim ini sangat diperlukan, seiring dengan semakin meningkatnya kualitas karya peserta yang dapat dilihat dari hal-hal berikut:
  1. Peserta semakin menguasai huruf-huruf untuk aliran-aliran khat yang dilombakan.
  2. Ornamen yang digunakan pada Golongan Hiasan Mushaf dan Dekorasi rata-rata bagus, semakin variatif, dan kaya nuansa.
  3. Peserta semakin memahami aturan dan teknik musabaqah yang nampak baik dari ketepatan hasil karya dengan isyarat soal maupun pedoman musabaqah.
  4. Pendidikan rata-rata peserta meningkat dengan mayoritas mahasiswa, sehingga memperkaya wawasan dan gagasan yang dapat dilihat dalam karyanya yang semakin bermutu.
Tidak selalu peningkatan kualitas peserta ini diikuti oleh peningkatan kualitas Dewan Hakim yang kerapkali “kalah terampil” dibandingkan peserta. Jika peserta lebih maju, adalah karena ditunjang oleh keterlibatan mereka dalam lomba-lomba kaligrafi, latihan-latihan secara pribadi atau via sanggar, buku-buku kaligrafi yang semakin mudah diperoleh, aktifitas sehari-hari dalam berkarya di pelbagai media, dan tambah derasnya informasi seni rupa termasuk kaligrafi melalui pameran-pameran. Di sisi lain, umumnya Dewan Hakim MKQ semakin ketinggalan, karena -- berbeda dengan peserta yang gigih berlatih untuk lomba -- umumnya tidak sengaja memperdalam kaligrafi meskipun hanya untuk tujuan menambah bekal dalam perhakiman.

Untuk itu, Dewan Hakim MKQ harus memiliki ilmu yang memadai dan menguasai teknik tentang obyek yang dinilai, sehingga hasil penilaiannya obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Teknik Penilaian
Berdasarkan Pedoman Perhakiman Cabang Khat Al-Qur’an, Dewan Hakim MKQ menilai dua sub pokok materi, yaitu huruf dan ornamen untuk tiga golongan musabaqah, yaitu:
  1. Golongan Naskah (penguasaan huruf)
  2. Golongan Hiasan Mushaf (penguasaan huruf dan ornamen)
  3. Golongan Dekorasi (penguasaan huruf dan ornamen).
Secara rinci, penilaian untuk tiga golongan musabaqah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Penilaian huruf diarahkan kepada:
  1. Bidang kebenaran kaedah mencakup: bentuk dan proporsi huruf, jarak spasi dan letak huruf, serta keserasian dan komposisi huruf untuk gaya-gaya khat Naskhi, Sulus, Diwani, Diwani Jali, Farisi, Kufi, dan Riq’ah yang dilombakan.
  • Bidang estetika atau keindahan khat mencakup: kekayaan imajinasi dalam mengolah, kebersihan, dan kehalusan.
  • Mencermati kecenderungan peserta yang memilih “mazhab guru” atau gaya-gaya yang disukainya (seperti gaya Hasyim Muhammad al-Baghdadi, Hamid al-Amidi, Muhammad Syauqi, Muhammad Izzat, Mustafa Gazlan Bek atau Mustafa Raqim untuk pola-pola goresan huruf yang menandakan perbedaan stil dan orientasi).
  1. Penilaian Ornamen atau hiasan diarahkan kepada:• Bidang keindahan hiasan mencakup: kekayaan imajinasi dan tatawarna, keserasian format, kebersihan, dan kehalusan.• Mencermati kecenderungan peserta yang memilih ragam hias Nusantara, arabesk, atau kombinasi warna yang beranekaragam yang menandakan wawasan rupa yang berbeda-beda.
Skor nilai untuk masing-masing golongan adalah sebagai berikut:
  1. Bobot nilai Golongan Naskah maksimal 100 (Kebenaran Kaedah Khat 60 dan Keindahan Khat 40).
  2. Bobot nilai Golongan Hiasan Mushaf dan Golongan Dekorasi masing-masing maksimal 100 (Kebenaran Kaedah Khat 35, Keindahan Khat 25, dan Keindahan Hiasan 40).
Berbeda dengan cara penilaian tilawah, tahfizh, syarhil, fahmil atau tafsir yang menggunakan sistem auditif melalui pendengaran yang diproses satu-persatu secara bergiliran, proses penilaian khat dapat dilakukan serentak dengan sistem fisual melalui penglihatan langsung dalam waktu tak terbatas dengan penyisiran yang berulang-ulang. Dengan demikian, asal Dewan Hakim menguasai teknik dan materi musabaqah, kekeliruan penilaian (seyogianya) tidak akan terjadi karena:
  1. Penilaian seluruh karya secara serentak memudahkan mengklasifikasi karya-karya unggulan dan karya-karya tersisih: dimulai pada babak penyisihan dengan memilih 10 besar, kemudian 6 besar, terakhir 3 besar. Pada babak final, urutan 1, 2, dan 3 ditentukan dengan keriteria dan cara penilaian yang sama.
  2. Karya-karya yang dipampang di satu lokasi lomba dapat dilihat secara jelas sehingga dapat diketahui yang bagus dan tidak bagus secara jernih.
  3. Lamanya waktu tak terbatas selama penilaian, memberi kesempatan mengulang atau mengevaluasi ulang penilaian, sehingga hasil akhir penilaian benar-benar obyektif dan akurat.
  4. Proses penilaian dengan waktu tak terbatas dan berulang-ulang yang menghasilkan angka-angka obyektif dan akurat ini menunjukkan tim penilai MKQ sangat bisa kualified, professional, dan proporsional.
Sungguhpun metode perhakiman MKQ sangat potensial untuk menghasilkan penilaian yang akurat, realisasinya di lapangan tidaklah selalu mudah karena terkait dengan “hakim ideal” yang ahli sekaligus jujur. Persyaratan “hakim ideal” tersebut tidak selalu mudah dikabulkan, terlebih bagi hakim-hakim daerah yang tidak terjangkau pembinaan atau informasi perkembangan kaligrafi yang cukup. Sementara masalah kejujuran acapkali samar karena tertutup kemutlakan dan kebebasan Dewan Hakim dalam menilai.

Mengingat banyaknya persoalan berkenaan dengan masalah kemampuan, banyak cara mengupgrade Dewan Hakim MKQ, baik secara terkordinasi oleh lembaga yang berkompeten sepeti LPTQ maupun dengan cara belajar mandiri. Beberapa hal berikut dapat dijadikan kunci untuk mencapai tujuan tersebut:
  1. Mengadakan kaderisasi Dewan Hakim MKQ melalui penataran-penataran atau pemberian tugas-tugas PR (seperti pembuatan karya-karya yang menggambarkan tugas MKQ) yang diperiksa oleh tim ahli tunjukan LPTQ.
  2. Pendalaman wawasan yang diusahakan oleh hakim sendiri dengan membaca sebanyak mungkin buku-buku kaligrafi dan merekonstruksi hasil karya peserta MKQ di arena musabaqah. Cara terakhir dapat dibuat melalui dokumentasi foto untuk diketahui desain, gaya, dan orientasinya masing-masing.
  3. Untuk memperdalam bahasa rupa dan iluminasi atau ornamen, cara yang tepat adalah dengan studi banding dan pengamatan atas karya-karya seni rupa atau lukisan di buku-buku atau katalog-katalog seni rupa, dekorasi di dinding-dinding masjid, ragam iluminasi mushaf Al-Qur’an, dan pameran-pameran seni rupa.
  4. Keterlibatan hakim (berdasarkan keahliannya di bidang kaligrafi) dalam pembinaan kader-kader daerah akan membantu meningkatkan pengetahuan dan keahliannya.
  5. Memperbanyak dialog dengan para khattat, pelukis, dan ahli seni dalam rangka konsensus menentukan suatu karya yang bagus, ideal, dan sesuai dengan norma-norma musabaqah.
Beberapa masalah tersebut dapat dijadikan bekal untuk “memahami lebih jauh” seni khat melalui perhakiman MTQ. Pengembangan lebih lanjut, sudah tentu, dapat diperoleh hanya melalui pengalaman panjang di lapangan.

Metode Pembinaan Kaligrafi

Kaligrafi yang dilombakan dalam MKQ memiliki tujuan-tujuan pengajaran, pendidikan, estetis, praktis, dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan metode yang intensif dan terstruktur, sehingga pengembangannya menjangkau seluruh elemen yang mencakup pembentukan kader, rotasi kegiatan yang kontinyu, dan membuahkan hasil yang kongkrit.
Jangkauan pengembangan ini, jika disimpulkan, mencakup pembinaan “tiga pilar kaligrafi” sebagaimana dikatakan oleh Ali ibn Abi Thalib:

اَلخَطُّ مخْفِيٌّ فى تَعْلِيْمِ اْلأُسْتَاذِ، وَقِوَامُهُ فى كَثْرَةِ اْلمَشْقِ، وَدَوَامُهُ عَلى دِيْنِ الإِسْلاَمِ

“Kaligrafi itu tersirat dalam pengajaran guru, tegak profesionalnya tergantung banyak latihan, dan kekekalannya adalah pada pengamalan agama Islam.”

Ini berarti pembinaan harus diarahkan kepada tiga hal:
  1. Guru, pelatih, instruktur, official, atau juri kaligrafi yang mumpuni karena akan menentukan sukses tidaknya pembinaan.
  2. Latihan-latihan gencar dan intensif murid di bawah bimbingan gurunya.
  3. Menjamin tambah profesionalnya pembinaan dengan lahirnya hasil karya untuk pelbagai kepentingan agama seperti lukisan kaligrafi Al-Qur’an atau kegiatan MTQ.
Struktur pembinaannya harus melalui tiga jenjang:

1. Pembinaan Jangka PendekJangka waktunya 1 (satu) tahun dan diarahkan untuk menciptakan pelbagai aktivitas kaligrafi tahunan seperti pada MTQ Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Propinsi dan lomba-lomba kaligrafi pada Peringatan Hari-hari Besar Islam dan Nasional.

Pembinaan untuk kepentingan jangka pendek ini dikelola oleh Pemda Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota dengan agenda pelatihan kader peserta, pelatih, dan dewan hakim kaligrafi Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota menjelang pelaksanaan kegiatan.

2. Pembinaan Jangka Menengah

Jangka waktunya 2 (dua) tahun dan difokuskan untuk meraih prestasi Nasional dan Internasional dalam pelbagai event lomba dan perhelatan akbar kaligrafi seperti MTQ Nasional, Pospenas, MTQ Mahasiswa Nasional, dan lomba-lomba kaligrafi berskala ASEAN di Brunei Darussalam dan Internasional di Turki. Kegiatan pembinaan jangka menengah ini dikelola oleh Pemda Tingkat Propinsi termasuk untuk kegiatan yang bersifat pendelegasian atas nama Pemerintah Pusat.
Konsentrasi pembinaan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mencakup:
  • Seleksi kader MTQ Nasional duta Propinsi melalui pemusatan latihan berjenjang.
  • Pelatihan para calon peserta Peraduan Menulis Khat ASEAN dan International Calligraphy Competition.
  • Seleksi dan pelatihan duta Pospenas dan MTQ Nasional Mahasiswa.
  • Mengadakan penataran official, pelatih, dan Dewan Hakim kaligrafi.
3. Pembinaan Jangka Panjang

Jangka waktunya 5 (lima) tahun dan merupakan pembinaan permanen yang dilaksanakan di seluruh institusi pendidikan dan latihan (diklat) yang berkompeten. Pengelola program ini adalah Pemda Tingkat Propinsi bekerjasama dengan lembaga-lembaga diklat professional.
Pusat-pusat pembinaan jangka panjang ini ialah:
  • Sekolah dan perguruan tinggi dengan memasukkan kaligrafi sebagai mata pelajaran muatan lokal (mulok) dan ekstra kurikula.
  • Sanggar-sanggar kaligrafi untuk dijadikan tempat latihan berkarya.
  • Masjid dan beberapa lembaga pendukungnya seperti DKM, BKPRMI, dan majlis ta’lim untuk rekrutmen peserta binaan.
Cakupan materi dan kegiatan pembinaan jangka panjang yang bersifat permanen ini bertujuan membentuk para kader khattat/kaligrafer professional yang akan mengisi aneka aktivitas kaligrafi di Tingkat Desa/Kelurahan sampai Tingkat Nasional dan Internasional, dan jadi modal kader pembinaan jangka pendek dan menengah.

Pembinaan jangka panjang yang diplot untuk “waktu seterusnya” merupakan “pembinaan semesta” yang mencakup seluruh aspek perkaligrafian yang dibutuhkan. Agendanya terdiri dari:

a). Kegiatan primer, mencakup pembelajaran kaligrafi di sekolah/perguruan tinggi dan latihan di sanggar kaligrafi. Materinya adalah:
  • Pendalaman huruf dan penguasaan seluruh aliran kaligrafi.
  • Penguasaan aneka teknik melukis dengan segala bahan.
  • Pengembangan skil untuk membuat karya-karya di pelbagai media (seperti kertas, kanvas, kaca, kayu, stucco, dan lain-lain).
b) Kegiatan sekunder, ditujukan untuk menopang dan mengembangkan hasil dan kemampuan yang diperoleh pada kegiatan primer. Aktivitas kegiatan sekunder terdiri dari:
  • Pameran atau pergelaran kaligrafi untuk melatih apresiasi khattat dan penonton, sekaligus sebagai ajang penjualan karya.
  • Lomba kaligrafi antar pelajar dan mahasiswa peserta pembinaan sebagai ajang peningkatan mutu karya dan latihan berkompetisi.
  • Forum diskusi seni untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman seni, budaya, dan sejarah Islam agar peserta terdorong lebih kreatif berkarya.
  • Rekreasi seni dengan kegiatan melukis di alam terbuka seperti pantai atau gunung, demonstrasi kaligrafi di muka umum, dan kunjungan ke pameran dan tokoh kaligrafi.
  • Kewirausahaan dengan memasarkan karya hasil produksi peserta.
Ikhtitam

Begitu besarnya minat kaula muda terhadap kaligrafi, sehingga pembinaannya terasa amat mendesak. Potensi tersebut berimplikasi tidak hanya kepada perlunya pembinaan para pelajar muda tersebut, tetapi juga kepada para guru, pelatih, official, dan Dewan Hakim yang secara langsung terlibat di dalamnya.

Karena itu pembinaan tersebut harus menyeluruh dan sepanjang waktu meliputi semua aspeknya, dan pelaksanaannya tidak setengah-setengah atau hanya untuk kepentingan temporer seperti MTQ Nasional yang tidak datang setiap saat.

Jika pembinaan dilaksanakan serentak untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, maka akan lahir kader-kader yang tangguh sehingga mekanisme kegiatan kaligrafi apa pun akan mudah dilaksanakan dengan hasil sesuai harapan.
Insya Allah.

*Disampaikan pada acara Pelatihan Dewan Hakim Kaligrafi se-Provinsi Riau, 14-15 Desember 2007, di Pekanbaru

Minggu, 18 Maret 2012

H.M. Faiz Abdul Razaq

Mushaf Istiqlal yang dibuat HM. Faiz Abdul Razaq diyakini banyak orang sebagai mushaf terindah di dunia. Bill Clinton sampai berhasrat menyaksikan langsung. Kerajaan Saudi Arabia pun mengundangnya ke istana untuk jamuan khusus para khattat.

Buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya. Setiap anak pun mewarisi bakat orangtuanya. Begitulah bakat yang dimiliki Ustadz Faiz. Dirinya telah mewarisi bakat yang dimiliki abahnya. “Al ilmu nurun. Ilmu itu nurun, jadi bukan ilmu itu cahaya. Ayah saya kaligrafer otodidak, dan bakatnya menurun pada saya,” kelakar sulung dua belas bersaudara ini.

Ustadz Faiz adalah seorang kaligrafer “emas” yang pernah dimiliki Indonesia. Dia dilahirkan di desa Lengkong Ulama Tangerang Prov. Banten pada 11 November 1938. Muhammad Faiz menekuni khat sejak usia dini. Dia Putra dari seorang pioneer khat di Indonesia, KH. M. Abdul Razzaq (alm). Dari beliaulah dirinya belajar. Sejak usia 15 tahun Faiz sudah membantu sang abah menulis kitab-kitab berbahasa Arab atau tulisan Arab bahasa Melayu, Sunda, Jawa dan Madura (tulisan pego/Melayu Arab).

Sejak kecil Faiz tidak diajarkan abjad ABCD. Abahnya hanya mengajarinya huruf Arab: alif, ba, ta, tsa. Sejak bangun tidur, dia diajak shalat, lalu mengaji. Kadang-kandang orangtuanya agak keras mendidiknya. “Kalau tidak hafal saya dicambuk. Tapi semua itu saya kenang indah sekali sampai sekarang,” ucapnya lirih menahan airmata. “Apa yang saya rasakan sekarang adalah buah kesungguhan didikan orangtua,” tambahnya.

Bakat Faiz baru terlihat ketika dirinya berusia 14 tahun dan duduk di bangku SMP. Sebab nyatanya, tulisan Faiz saat masih duduk di bangku MI sangatlah jelek. Bahkan tulisannya sempat diejek murid ayahnya. Namanya Abdullah Alatas, seorang khattat yang bekerja di Departemen Penerangan RI bidang Seksi Bahasa Arab. Suatu ketika dia berkunjung ke rumahnya untuk setor tulisan kepada KH. Abdul Razaq. “Saya dilecehkan. Dia memanggil saya, lalu meludahi tangan saya sambil berkata, kamu gak ada potongan jadi penulis khat,” ucapnya kesal.

Perasaan jengkel itu dipendamnya hampir lima tahun lamanya. Tapi, ejekan itu pula yang melecutnya untuk lebih giat belajar khat. “Pada akhirnya saya menyadari bahwa dirinyalah yang memacu semangat belajar saya,” ujarnya. “Hingga sekarang pun, setelah shalat saya masih mendoakan dirinya agar mendapat tempat di sisi-Nya,” tambahnya.

Tahun 1952, keluarganya pindah ke Malang. Abahnya yang tadinya bekerja sebagai pegawai negeri, lebih memilih keluar dan menjadi penulis khat untuk penerbit Salim Nabhan Surabaya. Karena permintaan dari penerbit yang begitu banyak dan butuh cepat, Abahnya meminta Faiz untuk membantunya. “Saya pun mulai belajar khat pada Abah. Dan intinya adalah praktek,” tuturnya. Sejak itulah dirinya berkembang cepat dan matang menulis khat.

Ketika duduk di bangku SMP kelas 3 bagian ilmu pasti dan ilmu alam, kepala sekolah memanggilnya dan mengatakan, “Faiz, melihat potonganmu, saya punya firasat kamu gak ada potongan di umum.” “Baru empat bulan sebagai siswa kelas 3, saya disuruh ikut ujian PGAP dan lulus dengan hasil sangat memuaskan. Jadi saya meloncat dua tahun,” paparnya.

Faiz pun lantas melanjutkan studinya di SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama) di Malang. Mengingat banyaknya guru-guru hakim agama yang dibutuhkan, guru-gurunya di SGHA meminta dirinya untuk langsung mengikuti ujian. Padahal dirinya baru setahun sekolah. Para guru memilih dirinya karena dianggap paling menonjol. “Saya pun kembali meloncat dua tahun,” ucapnya. Setelah lulus tahun 1958, Faiz pun melanjutkan belajar di Pondok Pesantren Gontor. Lagi-lagi, waktu pendidikan di Gontor yang harus ditempuh selama 6 tahun, hanya dilaluinya dalam waktu 2 tahun 8 bulan.

Selama mondok itu pula, Faiz masih tetap membantu abahnya menulis khat untuk penerbit Salim Nabhan Surabaya. Al-Qur’an yang sudah rusak, dia preteli untuk kemudian ditusir. “Yang kurang hitam saya hitamin. Wawu yang buntu saya bolongi pakai tinta putih,” ujarnya. Akibat ulahnya itu, dirinya sempat dianggap stress oleh santri lainnya dan diadukan kepada Kyai Imam Zarkasi.

Tapi sejak laporan itu, Faiz malah diangkat menjadi santri “khusus”. Dia tidak lagi makan di dapur pesantren dengan menu 4 T: tempe, tahu, tewel dan terong. Karena dirinya telah diangkat sebagai guru khsusus khat. “Selain nyantri, saya juga guru,” katanya sambil senyum dikulum. Di antara buku pelajaran Gontor yang ditulisnya, adalah buku wajib al-Fiqhul wadlih karangan Prof. Dr. mahmud Yunus.

Selain belajar pada ayahnya, Faiz juga belajar khat pada ‘amidul khattathin Sayyid Ibrahimi dari Mesir. Dia adalah guru besar para kaligrafer. Uniknya, Faiz belajar melalui media surat menyurat.

Lulus dari Gontor Faiz mulai mengajar bahasa Arab, Khat dan Tarikh di MAN Bangil, Pesantren Wachid Hasyim, Persis, Sidogiri dan YAPI. Faiz menikah dan tahun 1973 dan memiliki 3 anak. Tapi hasil dari mengajar, masih belum mencukupki kebutuhkan hidupnya. Tahun 1979, dirinya mendapat beasiswa belajar di King Abdul Aziz University, Jeddah mengambil Fakultas Tarbiyah. “Saat kuliah saya malah dapat menghidup keluarga. Sebab penghasilan saya waktu itu sampa 5 ribu real,” tutur pria yang pernah juara II Khat Tingkat Internasional di Jeddah Saudi Arabia tahun 1979 ini.

Selain belajar, dirinya juga bekerja sebagai khattat/desainer di Al-Farouqi Advertising Jeddah, Al Itimad Print Press Jeddah dan Deplu Kerajaan Saudi Arabia di Jeddah. Faiz pun berkesempatan mengunjungi Sayyid Ibrahimi di Mesir dan mendapatkan ijazah langsung darinya. Faiz pun mengasah kemampuan khatnya dengan master-master khattat dari Turki, Iran maupun Mesir.

Sepulang dari dari Saudi Arabia, Faiz mendapat ujian begitu berat. Dirinya terserang penyakit pembuluh darah selama delapan bulan. Semua miliknya ludes untuk berobat. Termasuk TV, video, radio hingga perhiasan istrinya habis terjual. Dalam kepedihan itu Faiz mulai instrospeksi dan berdoa. “Ya Rabb, saya bekerja di tanah suci, saya kerja halal, menulis dan menulis. Kenapa saya dicoba begini,” renungnya waktu itu. “Saya hampir tidak kuat waktu itu,” tambah Alumnus Pesantren Tinggi Ilmu Fiqh dan Dakwah Bangil Jatim itu.

Akhirnya di suatu malam, dirinya mendapatkan suatu jawaban. Dirinya teringat sebuah hadits, “Barangsiapa yang menyimpan ilmu, maka kelak pada hari kiamat Allah akan menjadikannya kendali dari neraka.” “Saya pun menangis. Ternyata saya tidak mengamalkan ilmu saya,” tukasnya. “Ilmu khat, serta ilmu yang saya peroleh dari mondok dan kuliah maupun madrasah dulu harus diamalkan,” tekad Penyuluh Utama Khat di Kanwil Kementerian Agama Prov. Jatim ini.

Dia pun mulai kembali merambah karir di dunia khat dan mengajar. Tahun 1984 dirinya dipanggil oleh darul fikr, Beirut perwakilan Jakarta sebagai penerjemah dan korektor. Faiz juga diangkat sebagai pegawai Saudi Arabia sebagai Dai/dosen bahasa Arab yang diperbantukan di beberapa pesantren di Jatim oleh Atase Agama Kedubes Saudi Arabia di Indonesia.

Tahun 1991, dirinya diminta abahnya untuk menggantikan dirinya menyelesaikan proyek mushaf Istiqlal. “Saat itu ayah sudah udzur dan sakit-sakitan. Saya sempat menolaknya, tapi abah tetap bersikukuh agar saya menggantikannya,” ujarnya. Amanah itu segera dilaksanakaannya. Sebagai desainer kaligrafi, Faiz dibantu 5 orang khattat. Sedangkan untuk ornament dia dibantu para seniman desain grafis ITB dibawah koordinasi Prof Dr Ade Firus dan Drs. A. Haldani.

Tak disangka, mushaf Istiqlal rampung dengan begitu indahnya. Sampai-sampai berita keindahannya didengar oleh Presiden Amereka Serikat waktu itu, Bill Clinton. Tahun 1995, Clinton datang ingin menyaksikan langsung keindahan mushaf yang dianggap terindah di dunia itu. Faiz pun bertemu Clinton dengan didampingi Menag RI Tarmizi Taher.

Setelah itu, Faiz mulai menulis Mushaf Sundawi dan melaksanakan proyek kaligrafi masjid. Diantaranya, Masjid Nasional Istiqlal Jakarta, Masjid At-Taqwa Sririt Bali Utara, Masjid Agung Bengkulu, Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Masjid Baiturrahman PKT Bontang Kaltim, Masjid Agung Tuban, Masjid Agung Nurul Falah Kaltim, Masjid Islamic Center Samarinda Kaltim, Masjid Agung Bangkalan Madura, maupun Masjid Baitul Hamdi Pemprov Jatim.

Tahun depan, Ustadz Faiz menjadi satu-satunya khattat dari Indonesia yang diundang oleh Kerajaan Saudi Arabia untuk menerima penghargaan bersama para khattat seluruh dunia. “Intinya dalam menulis khat itu, adalah keikhlasan,” ujarnya. “Hasil karya mencerminkan jiwa sang pembuat. Seindah apa pun karya itu, tapi jika tak memiliki ruh, tetap seperti benda mati. Ikhlas adalah ruhnya,” tambah Dewan Hakim MTQ nasional ini. Ded

Sumber : http://ruangbening.wordpress.com/2010/10/04/hm-faiz-abdul-razaq/



Kamis, 01 Maret 2012

Pesantren Ummusshabri Peringati Maulid

(Humas Kemenag Sultra) —- Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW selalu memberikan spirit bagi umatnya, meneladani akhlaq Rasulullah dalam membentuk generasi yang shaleh, Islami, berprestasi, populis dan bermasyarakat merupakan tema peringatan maulid yang diselenggarakan di Pesantren Metropolitan Ummusshabri Kendari tahun ini (Sabtu, 25/02).

Sikap Rasulullah dalam nilai pendidikan bukan sekedar teori, tetapi patut diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya memberikan pemahaman nilai pahala sedekah, harus dibarengi dengan amaliyahnya.

Demikian dikatakan DR.Supriyanto,MA dalam pengantarnya. “Tabungan investasi akhirat melalui sedekah akan sangat bermakna, apalagi jika dilakukan untuk membangun pendidikan agama. Pesantren Metropolitan Ummusshabri Kendari memberikan kesempatan bagi dermawan untuk melanjutkan Proyek Amal Jariyah yang sudah berjalan selama kurang lebih Dua tahun. Hal ini akan lebih membuktikan kecintaan kita terhadap Rasulullah SAW melalui sikap kedermawanan beliau,” ujarnya.

Maulid Nabi yang juga dihadiri Walikota Kendari, Ir.H.Asrun,M.Eng, semakin mempererat suasana silaturrahmi antara sesepuh pondok, dewan kiyai, santri beserta orang tua santri.

Di sela sambutanya DR.Supriyanto meminta kesediaan bapak Walikota Kendari Ir. H. Asrun, M. Eng. untuk membawakan hikmah maulid. Materi hikmah maulid yang disampaikan oleh bapak walikota tidak hanya berorientasi pada pemahaman dan pengamalan ilmu al-Qur’an. Tapi bagaimana membentuk zikir (heart), pikir (head) dan ukir (hand) pada jiwa manusia, sehingga ibadah dilakukan sebagai bukti cinta kepada Allah dan ajaran rasulnya. Mencintai akhlaq Nabi Muhammad SAW akan mudah dipahami dengan mengidolakan kepribadian sikap beliau.

Sumber : http://sultra.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=70946

Sabtu, 25 Februari 2012

Briptu Eka Frestya

Wajahnya juga kerap menghiasi layar kaca sebagai nara sumber informasi lalu lintas. Tetapi Briptu Eka Frestya tidak berminat berlaih profesi menjadi presenter.

"Walau jadi presenter, kita juga tetap menjalankan tugas sesuai poksi masing-masing. Selama di jalan, paling pelanggaran kecil seperti tanpa helm. Kalau saya lebih ke penerangan keliling," katanya.

Belakangan diapun memperoleh 'predikat' baru selain menjadi Polwan yaitu presenter NTMC. Saat disinggung apakah ingin berpindah menjadi entertainer, dia mengaku tetap menjadi Polisi. Apalagi, segalanya dia dapatkan saat kini sudah menjadi Polisi.

"Menjadi Polisi menariknya karena tidak monoton, wawasan luas, tahu masyarakat. Saya bisa jadi presenter karena jadi polisi," kata Eka dengan bangga, yang juga mahasiswi jurusan Hukum di salah satu Universitas swasta di Jakarta.

Seperti ketika dalam konsisi Jakarta Siaga 1, Briptu Eka harus ikut berjaga waspada maraknya ancaman bom. Dia juga rela untuk tidak pulang ke rumahnya di Bekasi yang biasa rutin dia lakukan hampir tiap minggu.

"Aku stay di mess Polwan. Biasanya IBL (Izin Ber Libur, red) Jumat, Sabtu dan Minggu, tapi ini karena memang siaga 1," katanya.

Terlebih lagi status Briptu Eka saat ini masih lajang, sehingga Eka masih harus tinggal di mess Polwan. Semua disiagakan, tidak memandang apakah Polwan atau laki-laki.

Eka Frestya adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Eka lahir di Bekasi 15 Juli 1988. Dia tercatat sebagai alumnus SMUN 80 Jakarta Utara tahun 2005. Eka lulus di kepolisian dan menjadi Polwan 2006 gelombang 1 angkatan 33.


http://dunia-panas.blogspot.com/2011/04/3-polisi-cantik-indonesia.html



Kamis, 23 Februari 2012

Juni 2012 MTQ Nasional di Gelar di Maluku


JAKARTA -- Musabakah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional, tetap digelar di Maluku. Ketegangan di Ambon beberapa waktu lalu tidak menyurutkan niat pemerintah pusat, maupun pemerintah Maluku untuk menggelar kegiatan akbar tersebut. MTQ disepakatai pemerintah pusat dan pemerintah Maluku, digelar pada 9 Juni 2012 mendatang.

Sejumlah rangkaian kegiatan mulai dilakukan. Mulai dari koordinasi dengan pemerintah pusat, maupun persiapan peserta MTQ yang akan diikutkan mewakili provinsi Maluku. Selasa (20/12) kemarin, Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, Kepala LPTQ Maluku, Rahman Soumen, melakukan rapat koordinasi dengan Mekokesra, Agung Laksosno, Menteri Agama Nasarudin Umar, Sekjen Menteri Agama Bahrul Hayat, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, dan Kapolri Timor Pradopo.

Rapat digelar di Kementerian Kesra di Jakarta. Rapat tersebut menyimpulkan,MTQ tetap digelar di Maluku, semua jajaran mendukung penuh kegiatan tersebut tetap berlangsung. Kapolri dan Panglima berkomitmen akan membeckup kegiatan tersebut dari gangguan keamanan, seperti yang sering terjadi belakangan ini.

“Kami (Polisi dan TNI) akan membeckup, sehingga dengan kondisi keamanan yang tercipta, kegiatan MTQ bisa berjalan dengan baik,” kata Kapolri.

Dalam dua bulan sekali, polisi dan TNI akan mengevaluasi keamanan di Maluku, khususnya Kota Ambon. Sehingga pada rapat tersebut, juga disepakati agar Gubernur Maluku dan jajarannya tetap melakukan persiapan untuk pelaksanaan MTQ.

Sementara Menteri Agama Surya Dharma Ali juga merespon positif kegiatan tersebut. Dia juga mengimbau agar masyarakat Ambon dapat menjaga keamanan secara bersama-sama dengan aparat keamanan, sehingga MTQ nantinya berjalan lancar dan aman.

Beberapa agenda acara bahkan sudah dirancang, di antaranya, MTQ akan dibuka secara resmi langsung oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 9 Juni 2011 mendatang. Besoknya SBY akan mengunjungi Pulau Banda. Kegiatan ini sendiri akan berlangsung selama 10 hari, dan akan ditutup oleh Wakil Presiden RI, Boediono.

Gubernur Maluku menyambut baik respon dari pemerintah pusat. Menurutnya ini merupakan kepercayaan yang diberikan kepada Maluku untuk menggelar kegiatan tersebut. Dia berkomitmen akan menjadi Maluku bukan hanya sebagai tuan rumah yang sukses, tapi juga mampu menyumbangkan prestasi dalam berbagai mata lomba MTQ, seperti hafiz Qur’an, Tilawah dan lainnya.

“Kami akan berupaya maksmimal, untuk keluar sebagai juara umum, bukan hanya sebagai penyelenggara kegiatan yang sukses. Kami sementara menyiapkan qori dan qori’a terbaik, yang bisa keluar sebagai juara,” kata Karel, usai pertemuan.

Sehingga dia mengimbau masyarakat Maluku untuk menjaga keamanan, bukan hanya untuk penyelenggaraan MTQ semata, tapi keamanan yang bisa tercipta secara abadi. Karena MTQ merupakan kegiatan berskala nasional, dan dipercayakan digelar di Maluku.

“Kondisi keamanan sangat penting, sebagai kepala pemerintahan di Maluku, saya berharap agar masyarakat Maluku bisa menjaga keamanan secara bersama. Jika kondisi keamanan baik, tentu MTQ juga akan berjalan dengan lancar,” pintanya.

Dia mengatakan, ini merupakan kegiatan keagamaan yang kebanyakan digelar wilayah Indonesia Barat dan tengah, kini dipercayakan digelar di Indonesia Timur, dan daerah yang ditunjuk adalah Maluku. “Jangan kita sia-siakan kepercayaan ini. Ini merupakan kesempatan emas untuk masyarakat Maluku, karena bukan hanya sebagai sarana penyaluran bakat belaka, tapi juga sebagai media untuk mengangkat harkat masyarakat Maluku di mata nasional bahkan manca negara. Dan manfaatnya, bukan hanya manfaat religiutas saja, tapi juga manfaat ekonomi, pariwisata, dan banyak lagi,” urai Karel.

Usai pertemuan di Menko Kesra, pertemuan dilanjutkan di Hotel Grend Hiyat Jakarta. Yang hadir adalah, Kepala Kantor Wilayah Agama Maluku, M. Atamimi, Kepala Taman Seni Baca Alqur’an, Ustat Sanusi (salah satu Imam mesjid Alfatah), dan juga Mantan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H Said Agil Husin Al Munawar yang diundang khusus.

Pemerintah Maluku sepakat untuk menggunakan jasa mantan menteri Agama Prof Said, untuk mendidik dan membimbing qori dan qori’a yang akan tampil di MTQ. Prof Said mengatakan, dia akan berupaya maksimal untuk memberikan ilmunya kepada peserta dari Maluku yang akan dibimbing. “Saya akan dibantu beberapa teman, kami akan melakukan pembimbingan kepada peserta dari Maluku, sehingga Maluku bisa keluar sebagai juara umum, bukan sekedar penyelenggara yang sukses,” kata Prof Said, kepada Ambon Ekspres.

Dia mengatakan, pembimbingan akan dilakukan di Ambon dan di Jakarta. Pihaknya akan berangkat ke Ambon dan melihat potensi masing-masing qori-qori’a, dan memutuskan siapa yang dibimbing di Jakarta, dan siapa yang tetap saja dibimbing di Ambon. Peserta juga merupakan orang Maluku, bukan qori yang diambil dari luar Maluku. Dipredisksi proses pembimbingan kemungkinan berlangsung selama satu bulan, sebelum MTQ digelar, akan digunakan tekhnik-tekhnik khusus dalam pembingan sehingga potensi peserta saat MTQ keluar secara maksimal, dan tidak canggung, atau gugup.

Prof Said juga mengimbau kepada masyarakat Maluku untuk selalu menjaga keamanan secara bersama, dengan aparat keamanan. Sehingga kehidupan kerukunan umat beragama berjalan lancar. “Maluku punya sejarah konflik, dan kembali akur dalam waktu yang relatif singkat. Sebetulnya toleransi umat beragama di Maluku sangat tinggi, ini harus dipelihara sehingga masyarakat hidup tenang, aman dan berdampingan,” imbaunya.

Sementara itu ustat Sanusi mengatakan, berharap peserta yang akan tampil nantinya dapat mengharumkan nama Maluku di MTQ. Dia menjelaskan, dalam pembimbingan peserta MTQ, tidaks erta merta hasil MTQ tingkat Provinsi Maluku yang digelar di Dobo beberapa bulan lalu mewakili Maluku. Namun peserta-peserta terbaik dari hasil di Dobo, dibimbing lagi oleh mantan menteri agama, dan tim di Maluku, untuk diikutkan.

“Intinya kami akan lakukan maksimal agar Maluku tampil terbaik, sehingga hasil di Dobo itu tidak secara otomatis langsung mewakili Maluku, tapi mereka akan dibimbing lagi,” jelasnya. (fik/fmc)

http://www.fajar.co.id/read-20111221103426-juni-2012-mtq-nasional-di-gelar-di-maluku

MODEL KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW

Beberapa hal yang diterapkan nabi Muhammad sebagai pemimpin dalam kehidupannya sehari-hari, yaitu:

 Perilaku Sosial Yang Baik
Dalam kehidupan di tengah masyarakat, Nabi saw selalu baik hati, riang dan sopan terhadap semua orang. Nabi saw selalu yang lebih duluan memberikan salam, sekalipun kepada anak-anak dan para sahaya. Nabi saw tak pernah meregangkan kakinya di hadapan orang, dan tak pernah berbaring di hadapan orang. Kalau tengah bersama Nabi saw, semua orang duduk mengelilingi Nabi saw. Tak ada yang punya tempat khusus. Nabi saw selalu memperhatikan sahabat-sahabatnya. Kalau Nabi saw tak melihat siapa pun di antara sahabat-sahabatnya itu selama dua atau tiga hari, Nabi saw menanyakannya. Jika ternyata sahabat itu sakit, Nabi saw menjenguknya. Dan jika sahabat itu mendapat kesulitan, Nabi saw berupaya memecahkan problemnya.

 Lembut Namun Tegas
Dalam masalah pribadi, Nabi saw lembut, simpatik dan toleran. Pada banyak peristiwa sejarah, toleransi Nabi saw merupakan salah satu alasan kenapa Nabi saw sukses. Namun dalam masalah prinsip ketika mengenai masalah kepentingan masyarakat atau hukum, Nabi saw tegas dan tak pernah memperlihatkan sikap toleran.

 Hidup Sederhana
Hidup sederhana merupakan salah satu prinsip hidup Nabi saw. Nabi saw biasa mengatakan: “Sungguh menyenangkan kekayaan itu, jika didapat dengan cara yang halal oleh orang yang tahu cara membelanjakannya”. Nabi saw juga mengatakan: “Kekayaan merupakan bantuan yang baik bagi ketakwaan”

 Ketetapan Hati dan Sabar
Tekad atau kemauan keras Nabi saw sungguh luar biasa. Tekad ini mempengaruhi para sahabatnya juga. Dalam masa hidupnya, beberapa kali kondisi sedemikian rupa sehingga kelihatannya tak ada lagi harapan, namun tak pernah ada kata gagal dalam benaknya.

 Kepemimpinan, Administrasi dan Konsultasi
Sekalipun para sahabat Nabi saw menjalankan setiap perintah Nabi saw tanpa ragu, dan berulang-ulang mengatakan percaya penuh kepada Nabi saw dan bahkan mau terjun ke sungai atau ke dalam kobaran api jika saja Nabi saw memerintahkannya, Sahabat-sahabat¬nya dan konsultasi dengan mereka yang dipandangnya penting, merupakan faktor-faktor utama yang memberikan sumbangsih bagi pengaruhnya yang luar biasa di kalangan para sahabatnya. Fakta ini ditunjukkan oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an memfirmankan:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan din dari sekelitingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”. (QS. Âli ‘Imrân: 159)

 Teratur dan Tertib
Semua tindakan Nabi saw teratur dan tertib. Nabi saw bekerja sesuai dengan jadwal. Nabi saw mengajak para sahabatnya untuk berbuat sama. Berkat pengaruh Nabi saw, para sahabat jadi penuh disiplin.

 Mau Mendengarkan Kritik dan Tak Suka Pujian yang Bersifat Menjilat
Nabi saw suka bekerja sempurna. Nabi saw biasa mengerjakan sesuatu dengan benar dan efisien Terkadang Nabi saw terpaksa menghadapi kritik para sahabat. Namun tanpa bersikap keras terhadap mereka, Nabi saw menjelas-kan keputusannya, dan para sahabat pun akhimya mau menerima. Nabi saw membenci sekali pujian yang bersifat menjilat. Nabi saw mengatakan: “Lemparkan debu ke wajah orang yang menjilat”.

 Memerangi Kelemahan
Nabi saw tidak mengeksploitasi titik lemah dan kebodohan orang. Nabi saw justru berupaya memperbaiki kelemahan orang dan membuat orang mengetahui apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Pada hari meninggalnya putra Nabi saw yang berusia tujuh belas bulan, kebetulan terjadi gerhana matahari. Orang pada mengatakan bahwa gerhana tersebut terjadi karena duka cita yang merundung Nabi saw. Nabi saw tidak tinggal diam menghadapi pikiran yang keliru ini. Nabi saw kemudian naik ke mimbar dan mengatakan: “Wahai manusia! Bulan dan matahari adalah dua tanda dari Allah. Terjadinya gerhana keduanya bukan karena kematian seseorang.”

 Memiliki Kualitas Sebagai Pemimpin
Nabi saw memiliki kualitas maksimum kepemimpinan seperti sifat mau tahu orang, teguh had, efisien, berani, tak takut meng¬hadapi konsekuensi suatu tindakan, mampu melihat ke depan, mampu menghadapi kritik, mengakui kemampuan orang lain, mendelegasikan kekuasaan kepada orang lain yang mampu, luwes dalam masalah pribadinya, keras dalam masalah prinsip, memandang penting orang lain, memajukan bakat intelektual, emosional dan praktis mereka, menjauhkan diri dari praktik lalim, tidak meminta ketaatan buta, bersahaja dan rendah hati, bermartabat dan sangat memperhatikan pengelolaan sumber daya manusia. Nabi saw sering mengatakan: “Jika kamu bertiga mengadakan perjalanan bersama, maka pilih salah satu dari kalian sebagai pemimpin”.

Dalam konteks kepemimpinan, Nabi mengembangkan kepemimpinan moral dalam kehidupan politiknya. Ini merupakan respons yang sangat tepat dalam menghadapi struktur masyarakat pra-Islam yang feodalistik dan represif, karena yang ditekankan adalah aspek moralitas (akhlaq al-karimah). Oleh karena itu, politik pada zaman Nabi berfungsi sebagai kendaraan moral yang efektif.

Nabi Muhammad dengan spirit religiusitas dan moralitasnya berhasil membangun sebuah komunitas yang beradab di Madinah. Bersama semua unsur penduduk Madinah, Nabi meletakkan dasar-dasar peradaban (madaniyyah) dengan membuat sebuah perjanjian (Piagam Madinah) yang mengatur mengenai kehidupan beragama, ekonomi, sosial, dan politik. Dalam hal ini, ikatan keadaban (bond of civility) ditegakkan oleh semangat universal ketuhanan untuk menegakkan sistem hukum yang adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Moralitas menjadi kunci penting dalam kepemimpinan yang dikembangkan oleh Nabi. Berdasarkan bukti-bukti historis, moralitas menjadi titik poros bagi pengembangan kehidupan bersama yang mampu menciptakan kesejahteraan. Oleh karena itu, jika mengharapkan bangsa Indonesia mampu keluar dari krisis menuju ke arah kehidupan yang menyejahterakan, kepemimpinan yang berlandaskan kepada moralitas merupakan sebuah kebutuhan mutlak. Sebaliknya, pemimpin yang tidak mempertimbangkan moralitas hanyalah akan mengantarkan negara ke arah kehancuran.

Karakteristik kepemimpinan Rasulullah saw. adalah, kejujuran yang teruji dan terbukti. Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun kepercayaan (kredibilitas) sebagai seorang pemimpin. Di samping itu, beliau juga cakap dan cerdas, inovatif dan berwawasan ke depan,

tegas tapi rendah hati, pemberani tapi bersahaja, kuat fisik dan tahan penderitaan.

Pola kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw., dapat dijadikan rujukan yang utama dalam kehidupan umat manusia, terutama bagi yang beriman dan bertakwa, serta selalu berzikir kepada Allah SWT. Hal ini sejalan sebagaimana diungkap Allah dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)

Artinya: “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi kamu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir dan dia banyak menyebut nama Allah”.

Nabi Muhammad saw. adalah pemimpin dunia yang terbesar sepanjang sejarah. Karena hanya dalam waktu 23 tahun, dengan biaya kurang dari satu persen biaya yang dipergunakan untuk revolusi Perancis dan dengan korban kurang dari seribu orang. Beliau telah menghasilkan tiga karya besar yang belum pernah dicapai oleh pemimpin yang manapun di seluruh dunia sejak Nabi Adam as. sampai sekarang. Tiga karya besar tersebut adalah:
تَوْحِيْدُ الإِلهِ (mengesakan Tuhan)

Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil menjadikan bangsa Arab yang semula mempercayai Tuhan sebanyak 360 (berfaham polytheisme) menjadi bangsa yang memiliki keyakinan tauhid mutlak atau monotheisme absolut.
تَوْحِيْدُ الأُمَّةِ (kesatuan ummat)

Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil menjadikan bangsa Arab yang semua selalu melakukan permusuhan dan peperangan antar suku dan antar kabilah, menjadi bangsa yang bersatu padu dalam ikatan keimanan dalam naungan agama Islam.
تَوْحِيْدُ الْحُكُوْمَةِ (kesatuan pemerintahan)

Nabi Besar Muhammad saw. telah berhasil membimbing bangsa Arab yang selamanya belum pernah memiliki pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat, karena bangsa Arab adalah bangsa yang selalu dijajah oleh Persia dan Romawi, menjadi bangsa yang mampu mendirikan negara kesatuan yang terbentang luas mulai dari benua Afrika sampai Asia.

Kunci dari keberhasilan perjuangan beliau dalam waktu relatif singkat itu adalah terletak pada tiga hal:
 Keunggulan agama Islam
 Ketepatan sistem dan metode yang beliau pergunakan untuk berda’wah.
 Kepribadian beliau.
An Nahlu ayat 125:
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ، وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ ؛ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ ، وَهَوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ .
Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Surat Fushshilat ayat 34:
وَلاَ تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ؛ اِدْفَعْ بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ .
Artinya: “Dan tiadalah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.

surat Ali Imran ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ ، وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ، فَاعْفُ عَنْهَمْ .وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الاَمْرِ ، فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ ؛ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ .
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Sumber : http://riandragon89.blog.binusian.org/2011/01/25/model-kepemimpinan-nabi-muhammad-saw/